Saya pernah mengikuti
proses acara pernikahan adat minang, acara tersebut kebetulan adalah acara kaka
saya sendiri yang melangsungkan prosesi pernikahan dengan adat minang, acara
tersebut dilangsungkan dikediaman keluarga saya, adat Minang memiliki prosesi
pernikahan yang sangat beragam, begitu juga atribut pakaian dan perhiasan yang
dikenakan pengantinnya dikala melangsungkan pernikahan. Masing-masing nagari
memiliki karakteristik busana pengantin dan hiasan kepala yang dikenakan
pengantin juga berbeda. Berikut ini tata cara perkawinan adat Minang, Sumatera
Barat, Indonesia. Selain bercirikan megah, mewah dan meriah, pelaminan
bernuansa emas dan perak, biasanya acara yang begitu megah dan mewah ini
disebut dengan istilah Baralek Gadang dalam bahasa minang. Gaun pengantin
umumnya berbentuk tiga dimensi. Hal yang paling menarik dari pernikahan ini
adalah penutup kepala yang dikenakan oleh mempelai wanita, yang biasa disebut
dengan Sunting.
Sunting adalah salah satu bentuk hiasan kepala anak daro.
Sunting yang dipakai secara umum sekarang biasa disebut suntingn gadang. Nama
ini untuk membedakan dengan sunting ketek yang biasa dipakai oleh pendamping
pengantin yang disebut pasumandan. Perbedaan dari sunting gadang dan sunting
ketek adalah jumlah tingkat dari penyusunan hiasan di kepala. Jumlah tingkat
kembang goyang sunting pada pengantin wanita minang ini biasanya berjumlah
ganjil. Jumlah tingkat sunting yang paling tinggi adalah sebelas tingkat sedang
yang paling rendah tujuh tingkat. Ada empat jenis hiasan yang disusun membentuk
sunting pada hiasan kepala pengantin minang ini. Lapisan yang paling bawah
adalah deretan bungo sarunai. 3-5 lapis bungo sarunai ini membentuk dasar bagi
sunting minang. Kemudian diletakkan deretan bunga gadang sebanyak 3 - 5 lapis.
Hiasan yang paling atas adalah kambang goyang. Sedangkan hiasan sunting yang
jatuh di pipi kanan dan pipi kiri pengantin minang ini disebut kote-kote. Berat penutup kepala mempelai wanita kurang
lebih sekitar – 4 kg. Pada
dasarnya prosesi pernikahan terdiri dari beberapa tahapan. Secara garis besar
dapat dilihat berikut:
1. Maresek
Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan
dari rangkaian tatacara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem
kekerabatan di Minangkabau, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga
pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau
buah-buahan sesuai dengan sopan santun budaya timur. Pada awalnya beberapa
wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju
berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung
beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah
pihak keluarga
2. Meminang dan
Bertukar Tanda
Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon
mempelai pria untuk meminang. Bila tunangan diterima, berlanjut dengan bertukar
tanda sebagai simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara
sepihak. Acara melibatkan orang tua atau ninik mamak dan para sesepuh dari
kedua belah pihak. Rombongan keluarga calon mempelai wanita datang dengan
membawa sirih pinang lengkap disusun dalam carano atau kampla yaitu tas yang
terbuat dari daun pandan. Menyuguhkan sirih diawal pertemuan dengan harapan
apabila ada kekurangan atau kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan.
Sebaliknya, hal-hal yang manis dalam pertemuan akan melekat dan diingat
selamanya. Selain itu juga disertakan oleh-oleh kue-kue dan buah-buahan.
Benda-benda yang dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain
adat atau benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Benda-benda ini akan
dikembalikan dalam suatu acara resmi setelah berlangsung akad nikah. Tata
caranya diawali dengan juru bicara keluarga wanita yang menyuguhkan sirih
lengkap untuk dicicipi oleh keluarga pihak laki-laki sebagai tanda persembahan.
Juru bicara menyampaikan lamaran resmi. Jika diterima berlanjut dengan bertukar
tanda ikatan masing-masing. Selanjutnya berembug soal tata cara penjemputan
calon mempelai pria.
3. Mahanta / Minta Izin
Calon mempelai pria mengabarkan dan mohon doa restu
rencana pernikahan kepada mamak-mamaknya, saudara-saudara ayahnya,
kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Hal yang
sama dilakukan oleh calon mempelai wanita, diwakili oleh kerabat wanita yang
sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Bagi calon mempelai pria membawa
selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (namun saat ini sedah digantikan
dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita ritual ini
menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk memberitahukan dan mohon
doa rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan
bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan.
4. Babako – Babaki
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut
bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai
kemampuan. Acara berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah.
Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala
adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang diperlukan
calon mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk pauk
baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya.
Sesuai tradisi, calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga
ayahnya. Kemudian para tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai
wanita diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa
berbagai macam barang bantuan tadi.
5. Malam Bainai
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah
atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Tumbukan ini akan
meninggalkan bekas warna merah cemerlang pada kuku. Lazimnya berlangsung malam
hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa
restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Filosofinya : Bimbingan
terakhir dari seorang ayah dan ibu yang telah membesarkan puterinya dengan
penuh kehormatan, karena setelah menikah maka yang akan membimbingnya lagi
adalah suaminya. Busana khusus untuk upacara bainai yakni baju tokoh dan
bersunting rendah. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi
keharuman tujuh kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning,
kain simpai dan kursi untuk calon mempelai. Bersamaan dengan inai dipasang,
berkumandang syair tradisi Minang pada malam bainai diwarnai dengan pekikan
seruling. Calon mempelai wanita dengan baju tokoh dan bersunting rendah dibawa
keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik
dengan memercikkan air harum tujuh kembang oleh para sesepuh dan kedua orang
tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
6. Manjapuik Marapulai
Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh
rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria
dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad
nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai
pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak keluarga calon pengantin wanita
harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang menandakan datangnya secara
beradat, pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk pauk,
kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah pesisir Sumatera barat biasanya juga
menyertakan payung kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang
hilang.Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita menjemput calon
mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi sambah mayambah dan
mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria
beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.
7. Penyambutan di Rumah
Anak Daro
Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah
calon mempelai wanita lazimnya merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi
musik tradisional khas Minang yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan
Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat,
serta disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih.
Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan,
beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya
digunakan.Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut
dengan tari Gelombang Adat timbal balik. Berikutnya, barisan dara menyambut
rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon
pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon
mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki
kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
8. Akad Nikah
Diawali pembacaan ayat suci, ijab kabul, nasehat
perkawinan dan doa. Prosesi aqad nikah dilangsungkan sebagaimana biasa, sesuai
syariat Islam. Ini merupakan pengejawantahan dari ABS-SBK (Adat Basandi Syara’,
Syara’ Basandi Kitabullah) dan SMAM (Syara’ Mangato, Adat Mamakai). Ijab Kabul dilakukan
pada hari Jum’at siang.
9. Basandiang di
pelaminan
Marapulai dijapuik pihak anak daro. sesudah melakukan
akad nikah untuk basandiang di rumah anak daro. Anak daro dan marapulai menanti
tamu alek salingka alam diwarnai musik di halaman rumah. Ada lima acara adat
Minang yang lazim dilaksanakan seusai akad nikah. Yaitu memulang tanda,
mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan
bermain coki.
* Memulangkan tanda
Setelah resmi sebagai
suami istri maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran
dikembalikan oleh kedua belah pihak, sebab barang memiliki nilai historis dan
simbol pengikat mempelai.
*Mengumumnkan gelar
pengantin pria
Gelar sebagai tanda
kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria lazimnya diumumkan
langsung oleh ninik mamak kaumnya. Sesuatu yang sangat khas Minangkabau ialah
bahwa setiap laki-laki yang telah dianggap dewasa harus mempunyai gelar. Ukuran
dewasa seorang laki-laki ditentukan apabila ia telah berumah tangga. Oleh
karena itulah untuk setiap pemuda Minang, pada hari perkawinannya ia harus
diberi gelar pusaka kaumnya. Gelar suku tertentu berbeda dengan suku lain. Jadi
suku Chaniago, Koto, Piliang memiliki gelar masing-masing.
Kalau untuk menantu
yang berasal dari Minang, gelar adat yang yang diberikan oleh kaumnya
disampaikan secara resmi dalam kesempatan ini langsung oleh ninik mamak atau
yang mewakili keluarga pengantin pria. Untuk menantu yang bukan berasal dari
Minang. Gelar ini disebutkan secara resmi oleh wakil keluarga Ayah pengantin
Pria. Misalnya si mempelai pria ayahnya memiliki gelar Bagindo, maka gelar yang
didapat si mempelai pria adalah Bagindo.
Filosofinya : Seorang
semenda harus lah dihormati oleh keluarga pengantin wanita dan tidaklah layak
untuk memanggilnya hanya dengan menyebut namanya saja. Itu dapat dilakukan
terhadap anak-anak kecil, sedangkan pemuda yang sudah kawin menurut tata tertib
adat disebut sudah "gadang” sudah bisa dibawa berunding. "Ketek
banamo-Gadang bagala”. Dan gelar ini juga harus disebutkan secara resmi
ditengah-tengah orang ramai. Inilah yang disebut acara "Malewakan gala
Marapulai”.
*Mengadu Kening
Pasangan mempelai
dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama lain.
Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan diantara wajah keduanya
dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah
itu kening pengantin akan saling bersentuhan. Filosofinya : Mereka sudah syah
menjadi Muhrim. Dan persentuhan kulit tidak lagi membatalkan uduk mereka.
*Mangaruak Nasi Kuning
Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara
suami istri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali
dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam
nasi kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil menandakan peranan masing-masing
dalam rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan dalam perkawinan. Dada ayam
artinya berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap berarti menjadi pelindung
keluarga dan anak-anaknya.
*Bermain Coki
Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni
semacam permainan catur yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan
menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling
meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan.
* Tari Payung
Dipercayai sebagai
tarian pengantin baru. Syair `Berbendi-bendi ke sungai tanang`, berarti
pasangan yang baru menikah pergi mandi ke kolam yang dinamai sungai Tanang yang
mencerminkan berbulan madu. Penari memakai payung melambangkan peranan suami
sebagai pelindung istri
10. Manikam Jajak
Satu minggu setelah akad nikah, pada hari Jum’at sore,
kedua pengantin baru pergi ke rumah orang tua serta ninik mamak pengantin pria
dengan membawa makanan. Tujuan dari upacara adat Manikam jajak di Minang ini
adalah untuk menghormati atau memuliakan orang tua serta ninik mamak pengantin
pria seperti orang tua dan ninik mamak sendiri.
itulah hal – hal yang
biasa dilakukan pada prosesi acara pernikahan adat minang mulai dari akad
sampai acara manikam jajak memiliki keunikan tersendiri.