DEDUKATIF
Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Faktor
– faktor penalaran deduktif :
1.
Pembentukan Teori
2.
Hipotesis
3.
Definisi Operasional
4.
Instrumen
5.
Operasionalisasi
Contoh Kalimat Deduktif
1. Burung adalah hewan berkaki dua
(premis minor)
2. Semua burung bisa terbang (kesimpulan)
3. Burung adalah hewan (premis mayor)
2. Semua burung bisa terbang (kesimpulan)
3. Burung adalah hewan (premis mayor)
Sumber : http://bungamahasiswa.blogspot.com/2012/11/pengertian-penalaran-deduktif.html
Silogisme adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang mendahului
kemudian ditarik suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis, perlawanan
dan pendasaran yang mencukupi. Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak
digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.
Sumber :
http://www.limaratus.com/2013/07/pengertian-dan-contoh-silogisme-bahasa.html#sthash.r1zRm21u.dpuf
1. Silogisme Alternatif
Adalah
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Sedangkan
Proposisi Alternative yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
silogisme alternatif :
A
: Anak kecil itu berada di dalam kelas atau di luar kelas
B
: Anak kecil berada di luar kelas
K
: Jadi, anak kecil tidak berada di dalam kelas
2. Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Contoh
:
Semua
makhluk hidup membutuhkan makan dan minum.
Kucing
termasuk makhluk hidup
Jadi
kucing : makhluk hidup yang membutuhkan makan dan minum.
Yang
perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan
sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh
sebab itu, dalam menyimak mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu
berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita
dapat menilai seberapa tingkat kualitas kesahihan pendapat itu. Dalam hal
seperti ini kita perlu menentukan:
a.
Kesimpulan apa yang disampaikan
b.
Mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya.
c.
Menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya
berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan
hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat,
alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis
kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak
menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan
hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak
suatu pendapat yang kita terima.
3.
Silogisme Entimen
Silogisme
Entimen adalah yang kedua yaitu entimen. penalaran deduksi secara langsung.
Contoh
:
Ikan
paus melahirkan anak dan tidak bertelur karena termasuk binatang mamalia.
Proposisi proposisi atau kalimat terbuka Entimen Silogisme ini jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan.
Contoh
Entimen :
Anak
itu pandai karena ia rajin belajar.